Sekilas Mengenal Madura
Siapa tak kenal Madura. Berbagai
konotasi plus minus kerap dilontarkan oleh orang-orang dari luar Pulau
Madura. Konotasi plus, karena Madura memiliki keunggulan tradisi yang
barangkali tidak dimiliki oleh etnik lainnya, dan bahkan fenomena
kebudayaan Madura kerap menjadi obyek para peneliti untuk lebih mengenal
tentang apa dan bagaimana Madura.
Sisi lain, konotasi minus masyarakat
Madura, karena meiliki karakter “keras”, meski sebenarnya dipahami
sebagai karakter “tegas”. Carok, premanis di kota-kota besar, dan selalu
tampak menduduki usaha kelas ekonomi rendah, sehingga konotasi ini
menjadi “bumerang” orang-orang Madura, meski dalam pemahaman keliru.
Secara geografis Madura merupakan
gugusan pulau yang terletak diujung paling timur Pulau Jawa. Madura
juga di kenal sebagai daerah dengan alam yang tandus. Wilayah Madura
terdiri dari sekitar tujuh puluh pulau lebih, dalam kesamaan memiliki
budaya etnik, yaitu budaya Madura.
Karena karakteristik itulah, plus minus
Madura, demikian gencar menjadi sorotan masyarakat luar, apalagi ketika
terjadi kasus Sampit (perselisihan antara masyarakat etnik Madura dengan
Dayak di Kalimantan pada tahun 2005), yang kemudian menjadi konflik
yang benar-benar menyita pemikiran semua pihak, mengakibatkan
“popularitas” Madura semakin terangkat. Namun demikian Madura adalah
Madura dengan plus minus yang justru menjadi kebanggaan masyarakat
Madura sendiri.
Pulau Madura termasuk propoinsi Jawa
Timur. Pulau ini terkenal sebagai pemasok garam nasional bagi Indonesia.
Pilihan bertambak garam bagi penduduk Madura disebabkan kurang begitu
suburnya tanah pulau ini bagi pertanian. Karena alasan serupa, banyak
orang Madura menjadi perantau ke daerah-daerah lain di Indonesia.
Komunitas Madura yang besar dapat ditemukan di sejumlah pulau di
Indonesia, yang umumnya menempati wilayah-wilayah pesisir.
Kabupaten Bangkalan, adalah sebuah
kabupaten di Pulau Madura. Ibukotanya adalah Bangkalan. Kabupaten ini
terletak di ujung paling barat Pulau Madura; berbatasan dengan Laut Jawa
di utara, Kabupaten Sampang di timur, serta Selat Madura di selatan dan
barat.
Pelabuhan Kamal merupakan pintu gerbang
Madura dari Jawa, dimana terdapat layanan kapal ferry yang menghubungkan
Madura dengan Surabaya (Pelabuhan Ujung). Saat ini telah dibangun
Jembatan Suramadu (Surabaya-Madura), yang kemudian menjadi jembatan
terpanjang di Indonesia. Bangkalan merupakan salah satu kawasan
perkembangan Surabaya, serta tercakup dalam lingkup Gerbangkertosusila.
Kabupaten Sampang, adalah sebuah
kabupaten di Pulau Madura. Ibukotanya adalah Sampang. Kabupaten ini
berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Pamekasan di timur,
Selat Madura di selatan, serta Kabupaten Bangkalan di barat. Masakan
khas kota ini adalah kaldu.
Kabupaten Pamekasan adalah sebuah
kabupaten di Pulau Madura. Ibukotanya adalah Pamekasan. Kabupaten ini
berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Selat Madura di selatan, Kabupaten
Sampang di barat, dan Kabupaten Sumenep di timur. Pusat pemerintahan di
Kecamatan Pamekasan.
Sumenep (bahasa Madura: Songènèb) adalah
sebuah kabupaten di ujung timur Pulau Madura. Ibu kotanya ialah Kota
Sumenep. Sumenep memiliki sebuah keraton keluarga kerajaan Madura,
Cakraningrat. Kabupaten Sumenep selain terdiri wilayah daratan juga
terdiri dari kepulauan yang berjumlah 126 pulau. Pulau yang paling utara
adalah Pulau Karamian yang terletak di Kecamatan Masalembu dan pulau
yang paling Timur adalah Pulau Sakala, yang berdekatan Makasar
(Sulawesi).
Sebagai etnik Madura, masyarakat Madura
menggunakan bahasa ibu, yaitu bahasa Madura, yang masing-masing daerah
(Madura barat, tengah dan timur) memiliki pengucapan dialek yang
berbeda, sebagaimana lazimnya etnik-etnik lain yang menggunakan bahasa
ibu daerahnya. Namun demikian ada sebagian masyarakat Madura, yang tidak
menggunakan bahasa Madura secara utuh, yaitu masyarakat kepulauan
Kangean dan sekitarnya. Hal ini karena pengaruh dari suku/etnik lainnya;
Bugis, Jawa dan Melayu, sehingga mereka menggunakan bahasa Kangean,
yang kadang juga tidak dimengerti kata-kata bahasa tersebut oleh
masyarakat Madura umumnya.
Beberapa catatan yang perlu dicermati,
tentang siapa sebenarnya orang Madura?. Berikut beberapa pandangan hidup
masyarakat Madura, yang juga menjadi titik acuan falsafah Madura.
Abantal omba’ asapo’ angen
(Berbantal ombak berselimut angin).
Menggambarkan sikap hidup dinamis dan
enerjik dan tabah untuk menghadapi berbagai tantangn dan cobaan. Hidup
harus dihadapi dengan kerja keras.
Abantal syahadat asapo’ iman
(Berbantal syahadat berselimut iman).
Oreng andhi’ tatakrama reya akantha pesse singgapun, ekabalan ja’a e dhimma bai paju.
(Orang yang punya budi pekerti yang baik itu seperti uang (emas) singapara, dibelanjakan di mana saja pasti laku).
Ta’tao Judanagara
(Tidak mengenal Judanegara)
Judanegara adalah seorang tumenggung di Madura yang sangat baik budi pekertinya, sehingga pantas dijadikan kaca kebbang
(contoh teladan) bagi orang Madura. Orang yang disebut tidak mengenal
(ajaran) Judanegara dianggap jauh dari sikap mulia, alias hina
Bila cempa palotan
Bila kanca taretan
(Setiap beras cempa itu ketan
Setiap teman itu saudara)
Melukiskan bahwa teman (sahabat) harus diperlakukan sebagai saudara sendiri.
Mon ba’na etobi’ sake’ ja’ nobi’an oreng
(Kalau kamu dicubit merasa sakit jangan mencubit orang lain)
Ajaran di atas menyarankan supaya setiap
orang mengerti perasaan orang lain. Sehingga ia harus memperlakukan
orang lain dan menghormati orang lain agar ia dihormati orang lain.
Pote atena
(Putih hatinya)
Oreng jujur mate ngonjur
(Orang jujur kalau mati kakinya selonjor (lurus)
Oreng jujur bakal pojur
(Orang jujur bakal mujur)
Sabu keccet akopeyan
Somorra badha e dhaja
Tao lecek sakalean
Saomorra ta’ eparcaja.
(Sawo kecik berbotol-botol
Ada sumur sebelah utara
Pernah berdusta satu kali
Seumur hidup tak dipercaya).
Sapa atane bakal atana’
Sapa adagang bakal adaging
(Siapa rajin bertani akan menanak nasi
Siapa berdagang akan berdaging (tubuhnya padat dan sehat)
Ping pilu’
Ta’ endha’ nyampang lorongnga
Lorongnga tombuwi janggel
Ping pilu’
Ta’ endha’ ngala’ toronna
Toronna oreng ta’ bajeng
(Ping pilu’
Ku tak mau lewat jalan
Jalan itu ditumbuhi sampah jagung
Ping pilu’
Ku tak mau menerima keturunan
Keturunan orang yang tidak rajin bekerja)
Perreng odhi’ ronto biruna
Parse jenno rang-rang tombu
Oreng odhi’ neko koduna
Nyare elmo pataronggu
(Daun bambu hijau runtuh
Bibit kelapa jarang tumbuh
Orang hidup itu seharusnya
Mencari ilmu dengan sungguh).
Dan banyak lagi sejumlah contoh falsafah yang diangkat menjadi kearifan lokal Madura, dalam posting tulisan selanjutnya
Selain itu, kekakayaan kesenian (baca;
seni tradisi) masyarakat di Pulau Madura, menjadikan Madura “layak jual”
sebagai konsumsi wisata. Berbagai bentuk seni tradisi yang berkembang
di Madura merupakan hasil perkawinan dari berbagai unsur budaya dan
telah mengalami proses evolusi. Walaupun berasal dari unsur animisme dan
Hinduisme, dalam perkembangannya seni tradisional yang berkembang
lebih kental dengan unsur relegius islami. Hal itu tidak terlepas dari
kiprah para da’i ketika memperkenalkan agama Islam pada masyarakat
penganut paham lain. Melalui media yang telah ada, yakni kesenian para
da’i memasukkan ajaran, anjuran serta ajakan membenahi kerusakan moral
dan budi pekerti, mencari hakikat kebenaran, memahami makna hidup,
membentuk manusia ber-kepribadian ataupun membentuk manusia ber-budaya.
Suramadu
Awal akan dibangunnya proyek jembatan
Suramadu, yang membentang antara Surabaya dengan Pulau Madura, terjadi
pro dan kontra. Sebagai kebutuhan vital jalan pintas media transportasi
kedua wilayah tersebut, suka atau tuka, pro maupun kontra, pada akhirnya
jembatan Suramadu telah membentang megah di selat Madura.
Apa dampak yang didapat bagi masyarakat
Madura. Tentu, untuk mengupas hal ini dapat dibaca dalam posting blog
ini, dari berbagai susudt, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan
budaya, sastra, wisata, bahkan sejarah masing wilayah kabupaten di Pulau
Madura.
Lontar Madura; tulisan diatas menyalin dari : Sekilas Mengenal MaduraLontar Madura http://lontarmadura.com/sekilas-mengenal-madura/#ixzz2c8ajfpRc
Semoga bermanfaat
No comments for "Sekilas Mengenal Madura"
Post a Comment